Rabu, 11 Januari 2012

Mantanku


(Jujur. Waktu mau posting dengan tema ini aku bener-bener cemas. Aku ga ada maksud atau niatan apapun dari tulisanku ini, cuma sekedar share dan berbagi pengalaman aja. Jikalau ada pihak-pihak yang keberatan aku curcor about yang satu ini disarankan untuk berhenti membaca sampai akhir kalimat ini saja.)

Berapa mantanku? Perlu ga ya aku jawab? Yah pokoknya dikit aja kok. Emang mau seberapa banyak. Itu aja udah bikin pusing. Soalnya seperti kata temanku, “Kamu sih punya mantan kok orangnya yang saling temanan”. Kok jadi salahin aku ya? Heran. (Pura-pura ga berdosa). Astagfirullahal’adzim, jujur, aku ga pernah punya maksud buruk.

Saat ini aku cuma mau ngomongin satu dulu mantanku. Aku dari SMP sih satu sekolah dengan dia. Tapi aku ga pernah liat dia atau kenal dia waktu kita sama-sama di SMP. Terus pas kita sama-sama SMA baru deh kita satu kelas. Dia ternyata temanan dengan mantanku yang dulu. Persisnya kayak apa aku lupa-lupa ingat. Pokoknya aku ya deket gitu-gitu aja dengan dia. Seingatku dia malah masih ejek-ejek aku sama mantanku itu. Eh, malah kita jadian. Waktu udah lama putus kita baru saling tau bahwa saat proses jadian itu kita tidak sepenuhnya serius. Waktu itu jujur aku lagi dilema sama salah satu kakak kelasku. Dan dia sendiri pun hanya iseng nanya jadian sambil asyik maen game. (Betapa gilanya dunia ini).

Singkatnya aku ga ingat ada momen yang berkesan waktu kami jadian. Aku masih aja dilema. Dasar dongo. Ya jadinya pacarku sendiri ga kuacuhkan. Well, pemutusan berakhir tragis. (Bagi dia maksudnya). Waktu dia hendak ke kantin bareng teman-temannya aku melakukan tindakan keji itu, hilanglah selera makannya. (Kejam,kejam,kejam). Yah, we broke up. Sialnya, dan ini saran aja bagi yang lain, yaitu ga enak banget punya mantan satu kelas dengan kita. Aku udah pernah ngalami dua kali waktu SMP. Dasar gobloknya aku, ngapain aku ngelakuin hal yang sama untuk ketiga kalinya. Pokoknya hari-harimu di sekolah jadi tidak terlalu leluasa karena tentu saja aku punya malu, jadi aku banyak menghindari jauh-jauh dari dia.

Singkatnya lagi. Aku udah nih ceritanya pacaran lagi sama orang. Panjang lagi ceritanya kalo sama ini. Jadi laen kali aja. Terus aku putus lagi. (Ampun yahh diriku ini). Nah, aku lupa disini, aku yang duluan pacaran lagi sama orang atau dia yang duluan pacaran lagi dengan adik kelas. Siapa yang putus duluan juga aku lupa. Yang jelas seingatku waktu dia pacaran dengan adik kelas itu aku lagi ga pacaran dengan siapa-siapa.

Heh, gila ini bagian yang paling bikin aku kesel. Waktu dia pacaran sama adik kelas itu dia jadi ganjen. Cemburu ya? (Ha? Kamu nanya aku soal itu?). Ga usah dibilang lagi, aku pengen tendang sesuatu tiap kali aku liat mereka berdua. Isshh, ketahuan deh. Dari situ aku tau posisi dia beda dengan mantanku yang lain. Tapi aku ga pernah bilang ini ke dia. Sewaktu aku lihat mantanku yang lain deket sama orang lain, aku biasa aja. Ada satu tuh malah terang-terangan ngerayu cewek depan aku. (Biasa aja dong pak).

Singkatnya (lagi). Di tahun ajaran terakhir kami sama-sama jomblo. Ya udah, kami deket lagi. Aku ingatin sekali lagi, betapa susahnya punya mantan satu kelas. Mau ga ngomong kan ga enak, orang satu kelas. Tapi mau ngomong kan juga ga enak, tar disuit-suitin sama anak sekelas. (Momen paling nyebelin di kelas ntu. Hehe). Lanjut. Terus dia ngatain cinta lagi ke aku. Mungkin ini terdengar lebay, aneh, freak ya. Waktu itu aku sampe sujud minta doa sama Allah apa yang harus aku jawab. Aku terima atau aku tolak. Dia ga pernah tau penyiksaan batinku menerima dia kembali atau banyaknya doa yang kupanjatkan agar hanya dia seorang yang kelak ada di samping aku sampai selamanya. (cuit.. cuiiit..). Aku jawab aku terima dia kembali. (yeeessssss,, hahahahahaaa).

Sialnya, ternyata tidak mudah mempertahankan yang sudah ada. Selang beberapa hari aku dikejutkan sms dia. Pokok dari isi smsnya adalah tentang aku yang mau menerima dia kembali hanya sebagai pelampiasan karena aku putus sama mantanku sebelumnya. (Jlebb). Parahnya, waktu itu dia bilang dia diberi tau sama temannya. (Aku kayak orang yang ditusuk dari depan sama kerisnya Empu Gandring atau siapa lah namanya, aku ga suka sejarah). Emosiku meledak. Pertama, dia ga pernah tau apa yang aku ngemis-ngemis sama Allah waktu sebelum aku nerima dia. (Please, trust me. Aku bener2 ngemis kayak pengemis compang-camping yang berdoa meminta diberi sedekah getoo). Kedua, itu adalah masa SMA, jangan salahkan aku jika hormonku masih labil sehingga mudah meledak-ledak. (Aje gilee, aku ngomong hormon, padahal ujian biologi aja jeblok). Ketiga, please, itu adalah tahun ajaran terakhir, tentu saja aku sudah dipusingkan dengan prospek UAN dan UMPTN. (Setujuu).

Yang kupelajari adalah ketika orang marah bertemu dengan orang marah, maka tidak akan ada jalan keluar yang rasional. Jadi aku marah dan mempersilahkan dia untuk pergi. (Hiks, mulai nangis bombay). Kami sama-sama bodoh. Aku bodoh karena tidak mau membela diri dengan memberitahu perasaanku padanya. Dan dia bodoh karena harus mempercayai omongan temannya. (Bodoh, bodoh, bodoh). Saat itu aku malah berujar, “Aku tidak akan mau punya pacar lagi” (Kecuali dia itu suamiku kelak. Hehee). Dan untuk itu aku bodohnya jadi dua kali. Aku dapat karma sama omonganku sendiri. Gubraakk.

Well, ini puisi aku tulis waktu aku galau di kamar kos ku setahun lalu dan teringat sama dia. Simaklah.

Kini aku baru sadar
Kau lah yang terbaik yang pernah kumiliki
Tak sempat kau tahu itu
Karena aku telah menyia-nyiakan dirimu
Kasihmu kugelapkan oleh emosi sesaatku
Tak pernah aku menahan langkahmu pergi
Walau kau coba tuk terus menarikku
Aku tak ingin kau tahu itu
Bahwa aku menyesal
Dan kita telah berakhir
Seperti kini jarak memisahkan
Apa kesepianku ini akan dapat berakhir
Yang membayangi pikiranku terhadapmu
Aku sungguh wanita egois
Mengira dunia di atas kakiku
Tapi kesendirian tanpamu bagai memahatku
Menjadi seonggok batu dikesunyian
Tiadakah kau peduli lagi itu?


Kamu nanya gimana perasaan aku waktu ketemu lagi sama dia saat reuni SMA? Well, aku kasih tau aja. Ya, aku rindu ketemu dia. (Ekkhheem).Tapi aku biasa aja. Kalo masih malu ya iya aku malu, aku malu udah membuat kenangan tidak enak dengan orang. Yahh, aku udah ngerelain semuanya. Segalanya hanya masa lalu yang telah lama berakhir. Jika hanya terpuruk terus dengan masa lalu, lalu kapan kita bisa bangkit untuk masa depan. (Sok nasehat ala Mario Teguh).

Terus gimana kelanjutannya? Well, aku pernah beberapa kali mau mencoba menghapus dia dari pertemanan di fb. Tapi aku ga pengen itu jadi menimbulkan masalah baru lagi. Seperti kataku, aku ini moody banget. Kadang aku pengen dia dihapus jadi teman aku. Tapi kadang (lebih tepat selalu) aku yang memulai percakapan di forum chat. Yahh, itu lah aku. Kalo ga bisa bikin orang pusing karena aku, bukan aku namanya. (Bwahahahahahaaa).

Intinya: terlambat banget kalo kamu baru menyadari perasaanmu disaat kamu udah pisah dengan orang itu. Ga ada gunanya penyesalan itu.

Kau berlalu bagai gerimis kecil
Bagai pohon di musim gugur
Dan yang berbekas hanyalah kenangan..


Sincerely.
^.^

2 komentar: