Selasa, 27 Desember 2011

Surat Cinta


Surat cinta? Well, itu adalah pertanyaan bodohku sewaktu SD. Bagaimana mungkin ada cinta di dalam surat? Pikiranku begitu polos dan lugu. Aku cuma bisa ingat sedikit saja kenangan waktu aku masih duduk di bangku SD. Ya, mungkin juga karena aku tidak pernah menciptakan memori yang berkesan pada saat itu. Yang ku ingat dulu aku hanya anak kuper yang cuma dapat duduk di pinggir lapangan menyaksikan teman-temanku bermain dan menolak diajak bergabung. Sangat melelahkan, pikirku ketika itu, dan melihat betapa curangnya mereka main. I hate this. Tapi malah sekarang aku menyesal tidak pernah menggubris ajakan itu. Never mind, bukan itu yang pengen aku bahas.

Back to Surat Cinta. Aku agak lupa-lupa ingat pernah atau tidak aku disuruh membuatnya ketika SMP. Yasudah, tinggalin aja yang tidak penting. Lanjut ke SMA. Aku masuk ke SMA yang aku inginkan, tentu saja. Masa orientasi yang aku lalui cukup mudah. Aku bukan tipe orang yang punya tampang dijahatin sama kakak kelas sewaktu MOS. Jadi aku tenang-tenang saja.

Terus pada suatu hari tiba saatnya diumumkan untuk harus membuat surat cinta. Gila apaan tuh?, Pikirku. Aku tak mau dibuat pusing sama persoalan sepele kayak gitu. Buat apa menguras otak cuma membuat selembar kertas yang tidak dinilai atau diraportkan. Malamnya tanpa mempersiapkan apapun aku santai saja membaca majalahku. Di sana ada banyak puisi, ya langsung aja terbesit dipikiranku untuk pakai puisi itu buat menulis surat cinta. Dasar stupid girl, aku hanya memakai kertas dari sobekan tengah buku untuk menulis puisi-puisi yang ku contek dari majalah itu.

Keesokan harinya di kelas, aku tetap tenang dengan sikap acuh. Teman -teman kelasku mulai berdatangan dan sibuk membicarakan tugas hari itu. Mereka pada ngeluarin kertas warna-warni , kebanyakan sih warna pink dan merah gitu. Setelah ku intip-intip ternyata itu surat cinta, wah betapa bagusnya. (Aku juga pengen >.<). Tapi, what the??? Aku baru sadar betapa bodohnya aku. Aku melirik ke arah suratku sendiri. Sial. Ga ada waktu lagi buat perbaiki. Bikin malu, pikirku. Yahh, jangan salahin aku. Mana aku tau surat cinta harus pake kertas bagus-bagus gitu. Bila perlu disemprotin parfum J-Lo sekalian, atau Paris Hilton. Lebih bĂȘte lagi, aku lihat teman cowok nulis lebih dari dua surat cinta. Gila, playboy banget. Dia ngomong apa gitu yang cuma bisa buat aku berpikir, dasar sombong. (Ternyata kata-kata itu berakhir karma, aku malah jadian sama dia di tahun berikutnya, -.-“).

Well, akhirnya aku ngumpulin juga surat (lebih tepatnya seonggok kertas) itu ke kakak kelas. Ga usah aku sebutin buat kakak yang mana, hehe. Waktu ngumpulin surat itu aku sudah punya firasat ga nyaman. Yahh, pokoknya waktu berlalu singkat. Surat-surat itu dibaca-baca oleh kakak-kakak kelas. And then, saat liat suratku. Kakak itu cuma liat sebentar (ga ada satu 10 detik) lalu berlanjut ke surat berikutnya. Pasrah, merasa feeling ku benar, kayaknya surat itu akan mendarat di tong sampah lebih cepat dari surat yang lainnya. Tapi dari situ aku mulai suka dengan surat cinta. Hingga suatu ketika aku punya pacar aku nyuruh dia buat bikin surat cinta untuk aku. Haha, itu kuno, dia juga kaget dengernya. So what, aku senang aja dengan hal yang romantis, yang bisa buat aku melayang gitu deh. I think it’s a fantastic media.

Lanjut ke kuliah, seperti momen yang terulang kembali. Kakak tingkat menyuruh untuk membuat surat cinta. (Again?). Yah tak apalah, kali ini aku membuatnya dengan benar. Tapi tetap saja kayaknya tidak sampai pada tujuan yang kumaksud. Setidaknya ga berakhir di tong sampah secara tragis seperti dulu. Well, aku ga sempat foto hasil karyaku waktu itu. (Who care?). Tapi aku masih nyimpan catatan kasar tentang kalimat yang aku tulis. Simaklah.

Teruntuk dirimu yang selalu ada dihatiku,
Dari semua waktu yang telah aku habiskan untuk mengenangmu kusampaikan isi hatiku bersama goresan kata-kata ini.
Mungkin aku bukan seorang penyair yang mampu membuat hatimu tersanjung dengan kata-kataku.
Aku bukanlah orang yang sempurna bila disandingkan dengan dirimu.
Dan aku hanya akan bermimpi untuk dapat berada di sampingmu.
Sedari awal perjumpaan kita berdua, tak ku rasakan sedikit getaran apa pun di hatiku.
Pribadimu yang hampir sempurna membuatku selalu bahagia dapat menjadi orang yang dekat denganmu.
Namun aku tidak pernah mengetahui kapan rasa itu mulai tumbuh di relung sukmaku.
Aku menjadi amat bingung terhadap diriku sendiri.
Aku tak akan bisa menjadi apa adanya lagi di hadapanmu sebab aku tidak tahan ketika menyadari apa yang terjadi padaku.
Aku tak ingin kamu menghindariku untuk selamanya, karena aku telah mengungkapkan rasa ini.
Maka bersama dengan surat ini aku juga akan menghilang dari kehidupanmu.
Aku tidak pernah menginginkan perpisahan ini, namun inilah langkah yang harus ku tempuh.
Bersama surat ini pula telah kutitipkan hati dan cintaku padamu.
Akan kau simpan dalam genggamanmu atau hanya berakhir sebagai sampah, itu adalah pilihanmu.
Namun itu semua tidak akan merubah rasa cintaku padamu.
Untuk cintaku yang teramat dalam..
Aku harap kamu dapat memaafkanku.


Well, setelah aku baca ulang waktu aku ketik ini. Aku berpikir dua, salah, tiga kata tentang isi surat itu. Aneh. Bodoh. Ga Jelas. Eh, maaf. Itu empat kata ya?
Coba pikir, itu surat cinta buat kakak tingkat. Tapi isinya kok kayak patah hati karena cinta sepihak oleh teman yang udah lama dikenal? Yah, kesimpulanku adalah. Aku ga bisa nulis surat cinta dengan tepat. Mugkin ada banyak faktor yang terlibat waktu proses pengerjaannya sih. Seperti salah satunya ada mamaku disampingku yang sekamar di kos aku karena nemenin aku selama ospek. Gimana coba caranya bisa konsentrasi nulis surat cinta di saat mama sendiri ngebaca hasil persemedian dari perasaanmu. Sumpah, ga enak banget. Yasudah, akhirnya waktu dapat ide dan ada emosi cinta SMA dulu yang masih melekat aku nulis surat cintaku ya kayak gitu. Itu udah cukup dramatis bagi aku. (Lebih tepatnya putus asa sih).

Intinya: aku suka banget ada yang nulis surat cinta buat aku, terserah mau dibilang norak atau apa. Tapi aku ga suka nulis surat cinta buat orang. Sebab dari kata-kata itu aku bisa meresapi dalam-dalam dan sangat tau isi hatinya karena terkadang tingkah seorang laki-laki itu sangat susah ditebak.

Sincerely.
^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar