Rabu, 28 Desember 2011

Moody


Salah jika kalian menganggap aku akan membahas salah satu peran di Harry Potter. (Mad Eye Moody maksud aku). Aku cuma mau mengungkapkan hal kecil dari sifat aku. Walaupun dari hal kecil itu sering berdampak besar. Contohnya saja my ex boyfriend sampe men-judge aku “kekanakkan”. Ya itu semua pasti berawal dari satu sifatku yang tidak bisa kuubah itu.

Ungkapan “panas-panas tahi ayam” mungkin lebih tepat menggambarkan sifatku yang satu itu. Eits, jangan langsung jorok sampe muntah-muntah gitu donk. Aku sendiri ga suka kejorokan, biarpun kadang-kadang aku sendiri jorok. Balik ke ungkapan tadi, yap, tepat untukku. Lebih tepat lagi jika “tahi yang sudah dingin itu kembali dierami sama induk ayam”. Ihh, jorok lagi deh aku.

Dari ungkapan itu menggambarkan betapa perasaanku mudah berpindah-pindah ke lain perasaan dan bahkan bisa juga balik ke perasaan paling awal lagi lalu pindah lagi ke perasaan lain lagi. Hust, jangan mikirnya perasaan yang kumaksud itu perasaan yang berhubungan dengan lawan jenis. Perasaan yang kumaksud disini itu lebih tepatnya ke emosi diriku dan hal-hal yang aku sukai atau aku tidak sukai.

Aku seperti pribadi yang tidak punya kepribadian. Tersiksa rasanya kadang-kadang. Disaat orang lain tahu apa yang mereka suka tapi aku ga tau. Aku suka semua dengan rata. Aku suka warna pink, aku juga suka ungu, putih, kuning, hijau, merah, hitam, biru, cokelat. (Sebutin terus semua). Aku juga suka music rock, pop, jass, mellow, slow rock, dangdut (kalo yang ini tergantung ya), sampe lagu seriosa yang melengking aku suka. Aku suka pantai, suka pegunungan, suka air terjun, dan semua pemandangan alam lain. Soal actor/aktris, band/boyband/girlband? Sama aja menurut aku semua. Aku suka lagu-lagu mereka, aku suka mereka. Tapi aku kadang bisa ga suka mereka juga.

Yang paling sulit ketika menjadi orang dengan sifat seperti ini adalah aku ga bisa mengontrol emosiku. Emosi itu bisa dengan gampang bergulir kayak bola digelindingkan. Kadang aku sebel, kadang aku konyol. Kadang aku marah, kadang aku cekikikan. Kadang aku nangis, kadang aku sewot. Dan hal-hal itu bisa terjadi dalam jarak waktu yang pendek. Aku bisa seharian penuh bercandaan sama temanku, tapi aku bisa juga seharian penuh cemberut dan mengacuhkan temanku.

Untuk urusan pacaran ya juga sama. Kadang aku pengen punya pacar. Kadang aku malah merasa ga penting punya pacar. Trus misalnya waktu pacaran, kadang aku mau dia deket aku, tapi kadang aku mau dia jauh-jauh dari aku. Haha. Gara-gara sikap aku ga jelas gitu, ga pernah deh langgeng hubunganku. Guru kesenianku waktu SMA pernah “melihat” kepribadianku lewat guratan pensilku, dia bilang bahwa jika pun aku sudah memiliki yang baru tetapi aku tidak juga bisa melupakan yang lama. (Maksudnya? Aku plin-plan gitu?). Tapi ya gara-gara pikiranku yang dangkal ya aku hubungkan aja dengan urusan asmara. (Cie, devita ngomong asmara). Yaa, ya emang sih ada benernya juga. Tapi kadang ga juga kok. Tapi mungkin kebanyakan iya sih. (Jadi?)

Soal makanan. Aku suka yang panas/anget, aku juga suka yang dingin. (Tak mengenal kondisi loh). Bahkan kadang urusan makan aja bisa buat aku bingung setengah mati. Sampe yang terjadi aku dan temanku bengong di pinggir jalan ga tau mau masuk tempat makan yang mana. Makanya kebanyakan aku cuma bisa bilang “Aku ikut kamu aja maunya kemana”. Sebab, kalo mau nunggu mauku apa, kita berdua bisa berjam-jam ada dipinggir jalan itu dengan kondisi mengenaskan. (Kelaparan dan dikira peminta-minta). Ga hanya itu, terkadang aku bisa memikirkan makanan sampai lebih dari lima jenis waktu jam kuliah hampir habis. (Maksudnya habis itu kan pulang lalu bisa beli makan). Dan aku ga bisa memutuskan mana yang paling aku pengen jadi santapan siangku. Akhirnya karena lama milih-milih malah aku tidak dapat satupun dari yang aku mau. Yaudah daripada perut keroncongan, terus aku jadi mayat dijalanan. Hehee.

Soal prinsip. Aku bisa sewaktu-waktu tidak mau melakukan suatu hal. Aku keras kepala. Tapi aku malah terkadang adalah orang gampang dibujuk, apalagi kalo aku sudah merasa kasihan sama orang itu. (Weh kalo ngomongin ini jadi keingat masa kelam aku).

Weh, sudah lah. It’s time to poems. Eh, aku ga pernah ngaku ya kalo aku bisa buat puisi. Ini curhatan putus asa yang didramatisir doing kalo bagi orang lain. Well, apa pun itu aku ga punya niat jelek kok. Oh ya aku mau peringatin lagi ya kalo tiap aku posting puisi ga selalu nyambung dengan apa yang aku bahas di atas. Tar kalian jadi misuh-misuh sama aku karena aku ga nyambung. Okay, simaklah.

Seperti langit yang menumpahkan airnya
Begitu pula hatiku dikala ini
Ketika langit memuntahkan halilintarnya
Begitu pula kini ku sesali
Kala langit mengeluarkan gemuruh dahsyatnya
Begitu pula hatiku yang ingin menjerit
Ketika alur hidup mulai menampakkan kedatarannya
Aku mulai bertanya
Apa arti hidup ini
Mengapa aku di tengah semua ini?


Haha. Kasihan banget sih yang baca puisi aku. Sakit mungkin matanya abis ini. Tapi tar beli obatnya di aku aja ya. Aku kan apoteker yang handal. (Amin). Tapi ga pake diskon apa lagi ngutang, enak aje. Hehe.

Intinya: tentu saja moody itu tidak sepenuhnya salah. Tetapi juga tidak dibenarkan. Jadi tergantung anggapan orang saja bagaimana menyikapi dirimu yang dianugerahi sikap plin-plan itu. Aku sih berharap bisa dapat orang yang seperti itu kelak.

Sincerely.
^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar